Apakah pernah ada negara yang mengalami kebalikan dari inflasi?
Apakah pernah ada negara yang mengalami kebalikan dari inflasi?
Kebalikan dari inflasi? Ya, itu benar-benar ada dan namanya deflasi. Mungkin terdengar seperti sesuatu yang bagus - harga-harga turun, uang Anda jadi lebih bernilai - tapi percayalah, deflasi bisa jadi mimpi buruk ekonomi yang nyata.
Mari kita bayangkan situasinya. Anda pergi ke mall dan lihat harga TV impian Anda turun 10%. Keren kan? Tapi tunggu dulu, Anda dengar desas-desus kalau bulan depan harganya bakal turun lagi. Jadi Anda putuskan untuk menunda pembelian. Eh, ternyata bukan cuma Anda yang berpikir begitu. Banyak orang melakukan hal yang sama.
Akibatnya? Penjualan menurun drastis. Perusahaan-perusahaan mulai panik. Mereka terpaksa memotong produksi, yang berarti PHK karyawan. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan jadi makin hemat belanjanya. Penjualan makin turun. Harga-harga dipaksa turun lagi. Dan begitu seterusnya, seperti lingkaran setan yang tak berujung.
Seorang ekonom yang menggambarkan deflasi seperti "black hole" ekonomi. Sekali Anda masuk, sangat sulit untuk keluar. Jepang, misalnya, sudah bergulat dengan deflasi selama lebih dari dua dekade. Mereka menyebutnya "dekade yang hilang", meski sebenarnya sudah berlangsung lebih lama dari itu.
Bayangkan betapa frustrasinya pemerintah Jepang. Mereka sudah mencoba segala cara - menurunkan suku bunga sampai nyaris nol, mencetak uang besar-besaran, bahkan memberi uang gratis ke warganya. Tapi tetap saja, deflasi sulit diatasi.
Anda mungkin bertanya-tanya, "Kok bisa ya negara maju seperti Jepang mengalami ini?" Nah, inilah yang menarik. Deflasi sering kali muncul justru di negara-negara maju yang ekonominya sudah 'matang'. Ketika pertumbuhan melambat dan populasi menua, permintaan bisa turun dan memicu deflasi.
Tapi bukan cuma Jepang yang pernah mengalami ini. Amerika Serikat juga pernah merasakannya selama Great Depression di tahun 1930-an. Bayangkan, harga-harga turun sampai 10% per tahun! Kedengarannya bagus? Tidak juga. Pengangguran melonjak sampai 25%. Banyak bank bangkrut. Petani tidak bisa menjual hasil panennya karena harganya terlalu rendah.
Yang lebih mengerikan, deflasi bisa memicu apa yang disebut "debt-deflation spiral". Ini terjadi ketika nilai uang naik, tapi nilai aset (seperti rumah atau saham) turun. Akibatnya, hutang Anda secara efektif menjadi lebih besar. Bayangkan Anda punya hutang Rp 100 juta untuk beli rumah. Tiba-tiba, karena deflasi, uang Rp 100 juta itu jadi setara dengan Rp 120 juta dulu. Sementara itu, nilai rumah Anda malah turun. Mengerikan, bukan?
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi deflasi? Ini dia tantangan besarnya. Kebijakan moneter tradisional seperti menurunkan suku bunga sering kali tidak cukup. Bahkan ada istilah "zero lower bound" - situasi di mana bank sentral sudah tidak bisa menurunkan suku bunga lagi karena sudah mencapai nol.
Beberapa ekonom mengusulkan solusi ekstrem seperti "helicopter money" - literally mencetak uang dan membagikannya ke masyarakat. Atau "negative interest rates" - di mana Anda justru dikenakan biaya untuk menyimpan uang di bank. Kedengarannya gila? Memang. Tapi begitulah sulitnya mengatasi deflasi.
Seorang pengusaha yang hidup di era deflasi Jepang. Dia bilang, "Rasanya seperti berlari di eskalator yang bergerak turun. Sekeras apapun Anda berusaha, Anda tetap merasa tertinggal."
Jadi, meskipun inflasi sering dianggap musuh, deflasi bisa jauh lebih berbahaya. Ini menjelaskan mengapa banyak bank sentral di dunia, termasuk di Indonesia, punya target inflasi. Mereka lebih memilih inflasi rendah dan stabil daripada risiko terjebak deflasi.
Akhir kata, ekonomi itu seperti sup yang harus 'pas' panasnya. Terlalu panas (inflasi tinggi) tidak enak, tapi terlalu dingin (deflasi) juga berbahaya. Tugas para pembuat kebijakan adalah menjaga agar suhunya tetap 'pas' - cukup hangat untuk mendorong pertumbuhan, tapi tidak sampai membakar lidah kita semua.
Jadi, lain kali Anda mendengar berita tentang inflasi naik sedikit, jangan terlalu khawatir. Mungkin itu justru tanda bahwa ekonomi kita masih 'hidup' dan berkembang. Yang perlu kita waspadai adalah ketika harga-harga mulai turun tanpa sebab yang jelas. Karena bisa jadi, itu adalah tanda-tanda awal dari 'black hole' ekonomi yang disebut deflasi.
Video Apakah pernah ada negara yang mengalami kebalikan dari inflasi?
Komentar
Posting Komentar