Filosofi Mengayuh Sepeda Dalam Berdo'a

 Filosofi Mengayuh Sepeda Dalam Berdo'a


Saya pernah mendengar, kalau :


Doa itu ibarat mengayuh sepeda, perlahan-lahan pasti sampai di tempat yang dituju.


Dan juga, saya pernah mendengar, kalau :


Ada 3 cara Allah mengabulkan doa.


Sesuai permintaan,

Diwaktu yang tepat,

Dan diganti yang lebih baik.

Ketika kita mengayuh sepeda, pasti kita punya tujuan yang dituju. Kita nikmati saja bagaimana jalan tersebut. Entah itu jalannya curam, terjal, menukik, tanjakan, menurun, berliku, berlobang, dan sebagainya. Kita nikmati saja jalan tersebut. Kalau jalan tersebut mulus dengan pemandangan yang indah, kita nikmati betapa nikmatnya kebesaran ciptaan Tuhan.


Namun, apabila dipertengahan jalan ternyata jalan tersebut buntu, sebaiknya kita putar otak lagi kemana selanjutnya perjalanan kita mulai kembali. Bukan malah diam & meratapi nasib dengan bertanya mengapa jalan tersebut harus buntu, mengapa saya tidak bisa mencapai tempat tujuan saya, kemudian merasa tidak adil karena sebelumnya banyak orang yg berhasil mengunjungi tempat tersebut, dan bersikeras kalau bisa tidak bisa harus sampai ditempat itu. Daripada seperti itu, lebih baik cari tempat tujuan lain. Dunia ini sangat luas. Apa kamu lupa kalau keindahan itu bukan hanya disatu titik itu saja?


Ketika kita sudah legowo, mencari tempat tuju yang lain, ternyata Tuhan mengarahkan kita pada tempat yang lebih indah. Yang kemudian membuat kita kagum dengan kebesaran-NYA.


Begitupun dengan hidup. Terkadang, kita memplanningkan sesuatu sebegitu rapinya. Ternyata, kita dibanting setir dengan keadaan, banyak sekali keadaan yang berubah. Sehingga, apa yang kita rencanakan sama sekali tidak ada yg terealisasi. Kita diberi jalan yang sulit, terjal, dan buntu. Bahkan, jalan yang Tuhan arahkan, ternyata sama sekali tidak pernah kita pikirkan untuk kita jalani. Yang kita lakukan adalah jalani hidup tersebut meski berat, dan berliku.


Banyak sekali orang yang membenci yang namanya "cobaan". Padahal, dengan cobaan tersebut banyak sekali pelajaran yang kita dapat. Ibarat bersepeda. Semakin kita banyak melewati jalan yang terjal, semakin mahir juga kita mengayuh sepeda. Kita akan semakin tau bagaimana triknya ketika melewati jalan berliku, kita semakin kuat untuk tetap duduk disepeda & mengayuhnya tanpa harus turun & menuntunnya.


Nah, ketika kita telah menjalani bagaimana buntunya kehidupan, lika-likunya & terjalnya jalan hidup, maka, Tuhan akan memberikan kebesaran-Nya. Yapsss, kita telah sampai ditempat tujuan, tempat yang indah, yang membuat kita terharu dengan ciptaan-NYA.


Kemudian kita duduk, menikmati pemandangan, dan mengingat kebelakang betapa perihnya jalan hidup kita sebelumnya yang membuat kita jatuh, menangis, merasa sendiri, jatuh bangun sendirian, merasa dunia tidak adil, dan seperti kehilangan arah. Cobaan-cobaan tersebut sebenarnya malah membuat kita lebih bersyukur dimasa depan dan berterima kasih karena kita bisa melewatinya. Sehingga, kita bisa menjadi kuat, kita bisa mengerti bagaimana trik menghadapi kehidupan yang terjal & berliku, pandai memposisikan mindset yang benar ketika dihadapkan permasalahan, dan yang paling penting adalah cobaan menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Karena terkadang,


Doa & ibadah kita sangat berisik dilangit ketika berada dititik terendah. Namun, ketika sedang bahagia, kita seringkali terlena dengan ibadah & lupa untuk menjadi manusia yang lebih baik.



Video Filosofi Mengayuh Sepeda Dalam Berdo'a

Komentar

Postingan Populer