Apakah ada contoh miliarder yang jatuh miskin?
Banyak dong… Salah satunya, ini nich, Wanita mulia yang cantik jelita, Sayyidatina Siti Khadijah r.ha.
Pas baca pertanyaan, langsung inget beliau, soalnya cocok banget.
gambar hanya ilustrasi
**Bagi yang muslim silahkan simak ceritanya, kalau yang bukan muslim, gpp juga sih nyimak, siapa tahu dapet inspirasi. 😀**
Khadijah itu, wanita yang sangat terhormat, bijaksana dan cerdas dari keluarga Quraisy yang terkenal dan kaya raya. Karena keturunan keluarga kaya raya, jadi dari kecil sudah biasa hidup bergelimang harta. Tapi walaupun tumbuh di tengah-tengah keluarga yang terkenal dan bergelimang harta, tidak menjadikan Khadijah sebagai sosok yang sombong. Justru keistimewaannya membuat dia rendah hati.
Kita mulai ceritanya ya,
Pernikahan Khadijah pertama adalah dengan Atiq bin ‘Aid Al-Makhzumi, tapi Atiq bin 'Aid meninggal saat umur pernikahannya belum lama. Siti Khadijah pun menikah kembali dengan seorang saudagar, Abu Halah bin Nabbasy at-Tamimi dan memiliki anak bernama Hidun dan Halah. (ada perbedaan dari beberapa literatur, ada yang menyatakan bahwa Atiq bin 'Aid adalah pernikahan kedua, tidak usah dipermasalahkan ya, kita fokus ke Khadijahnya)
Almarhum bapaknya Khadijah pedagang Quraisy kaya raya, ditambah Abu Halah, seorang saudagar juga,
gimana tuh, coba? gimana gak tajir melintir. Eh, nggak lama Abu Halah meninggal. Jadi lah sebagian harta warisnya untuk Khadijah. Ruarrr Biasah….
Eits, tapi jangan pikir Khadijah hambur-hamburkan uangnya sampai bangkrut miskin.
Jadi begini, brur….
Selain memang sudah keturunan keluarga kaya dan terpandang, kepandaian Khadijah dalam berdagang membuat kekayaannya bertambah hingga tidak mampu kita bayangkan. Di beberapa literatur disebutkan 2/3 area Mekah adalah milik Siti Khadijah, hampir seluruh saudagar di Mekkah pernah berbisnis dengannya. Saking kayanya pernah Khadijah disebut sebagai Ratu Mekkah.
Para saudagar senang berbisnis dengan Khadijah karena sifat-sifat beliau yang mulia, mereka terkesan dengan kejujuran, kedermawanan dan sifat amanah Khadijah.
Setiap yang berbisnis dengan beliau, mendapatkan untung yang adil, tanpa sedikitpun dikecewakan. Di zaman orang-orang sering berbuat jahat, berbohong dan curang dalam berdagang, tetapi tidak untuk beliau.
Hebat ngga tuh, dari tajir melintir, eh, orangnya juga pandai bebisnis lagi, tambah tajir melintir-lintir…😊
Banyak para saudagar kaya dan bangsawan Mekkah tertarik dan berusaha meminangnya, namun tidak satu pun diterima.
Selain, kaya raya, beliau juga banyak diberi gelar kehormatan, saking mulia ahlaknya.
Perfect baget lah pokoknya. Haduh, jadi pengen nangis, mengidam-idamkan wanita seperti ini.
Sifat-sifat mulia yang dimiliki Khadijah membuat Khadijah diberi gelar-gelar kehormatan oleh penduduk Mekkah. Gelar-gelar yang yang melekat pada dirinya adalah Ath-Thahira (Wanita Suci), Sayyidah Nisa’ Quraisy (Pemuka Perempuan Quraisy) dan Ummul Mukminin (Ibu orang-orang beriman).
Gelar Wanita Suci didapati karena saat menjalankan bisnisnya beliau selalu menempuh cara-cara yang cerdas untuk menjauhkan dirinya dari hawa nafsu.
Pernah ada ceritanya begini,…
Jadi, walaupun beliau seorang wanita karir yang sukses, namun saat beliau bekerja dan memberi arahan kepada para pegawai laki-laki, beliau memberi arahan dari atas loteng. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menjaga dirinya agar tidak berhubungan secara langsung dengan laki-laki.
Nah, zaman itu, rumah-rumah di Mekkah selalu mengadakan pesta, hiburan dan nyanyian. Salah satunya rumah Abu Lahab yang berdekatan dengan rumah Khadijah yang seakan-akan tidak pernah sepi dari pesta dan hiburan. Namun hal tersebut tidak sedikit pun membuat Khadijah untuk tertarik bergabung dengan pesta tersebut.
Pantes nggak tuh disebut wanita suci?
Memiliki kesempurnaan sifat, meskipun Khadijah seorang pedagang kaya raya, ia tidak diperbudak oleh perdagangannya dan juga harta bendanya. Memiliki kepribadian yang luhur, ia tidak pernah menyibukkan diri dengan urusan orang lain seperti membicarakan atau menjelek-jelekkan orang lain. Ia memilih sibuk untuk merenungi kehidupan. Beliau Seorang wanita dermawan, seperti rumahnya yang menjadi tempat perlindungan bagi perempuan-perempuan miskin, orang-orang yang membutuhkan dan juga para tamu. Dari kebiasaan inilah Khadijah disebut "Sayyidah Nisa’ Quraisy".
Saking dermawannya, Khadijah juga sering menikahkan wanita miskin yang siap nikah, dan memberinya bekal setelahnya.
Mau tahu seberapa besar bisnisnya?
Secara detail sich tidak bisa diukur seberapa besar, tapi kalau lihat beberapa literatur sejarah bisa kita bayangkan seberapa besar bisnisnya.
Supaya agak nyambung nich, kita harus tahu dulu situasi saat itu…
Jadi, kota Mekkah itu adalah pusat transit saudagar-saudagar dari seluruh dunia, orang yang berdagang dari Asia (Tiongkok, India) ke Eropa (Romawi) atau Mesir biasanya lewat dan transit di Mekah, orang yang berdagang dari Mesir ke Yaman lewat Mekah, dari Yaman ke Syam lewat Mekah, dari Persia ke Mesir atau Abbasyah lewat Mekah. Belum lagi orang-orang yang berniaga ke daerah Mediterania, rata-rata memang dari Mekah. Dari situlah Mekkah disebut pusat perdagangan Internasional kala itu.
Peta rute Perdagangan
Jadilah, perniagaan adalah bisnis utama para bangsawan Mekkah.
Siti Khadijah sendiri banyak memiliki pegawai, usaha dagangnya sampai ekspor ke luar negeri seperti Syam, Yaman, Irak, Persia, Mesir, Abbasiyah (Ethiopia) dan Romawi. Disebutkan unta milik Khadijah saja ada 80.000 unta tersebar di beberapa daerah.
Bayangkan seandainya unta dipukul rata harganya 50 juta saja, totalnya 4 T. Bila dianalogikan zaman sekarang, seperti pengusaha yang punya 80.000 armada truck, senilai 4 T. ckckckck…
Dari sini jelas ya, seberapa besar bisnisnya.
Nah ini yang seru nich…
Salah satu saudagar kepercayaan Khadijah dari keluarga Hasyim, adalah Abu Thalib. Setelah merasa lelah mengurus bisnisnya, Khadijah menyerahkan perniagaannya kepada Abu Thalib.
Eh iya belum ngasih tahu, Khadijah juga masih keturunan keluarga Hasyim yach, jadi Abu Thalib masih keluarganya, makanya dia mempercayakan perniagaannya, selain itu Abu Thalib terkenal orang yang jujur dan amanah juga sich, jadi wajar Khadijah percaya.
Selama berniaga kemana-mana, Abu Thalib sering mengajak keponakannya. Perniagaan yang dijalankan oleh Abu Thalib selalu menghasilkan untung besar. Makin tambah salut lah, Khadijah dengan Abu Thalib.
Keponakannya Abu Thalib yang semakin beranjak remaja akhirnya diberi tugas khusus juga, dengan tujuan melebarkan jangkauan bisnisnya.
Dengan tugas tersebut, keponakan Abu Thalib yang akhirnya diketahui Khadijah bernama Muhammad, pergi ke kediaman Khadijah. Kontrak kerja pun terjadi. Muhammad akan memimpin perniagaan perdananya menuju Syam. Selama perjalanan ke Syam Muhammad dibantu para pembantunya Khadijah, salah satunya Maysarah.
Ketika rombongan dagang Muhammad melewati rumahnya, Khadijah mencari-cari pemuda tersebut. la melihat pemuda itu yang paling bersinar di antara banyaknya kerumunan orang, seketika, hati Khadijah berdebar. Khadijah merasa pemuda itu membawa ketenangan dan keteduhan bagi hatinya. Dia begitu senang mendengarkan Maysarah menceritakan kebaikan-kebaikan pemuda itu.
Mungkin karena bakat yang ditularkan dari pamannya, setiap perniagaan yang dilakukan pemuda itu pun selalu menghasilkan keuntungan besar. Bahkan dari seluruh pegawainya, pemuda inilah yang paling piawai berdagang.
Pemuda ini mampu memuaskan para pelanggan, sehingga setiap pembeli akan melakukan repeat order. Dikenal dengan pedagang yang jujur, amanah, sopan santun, menghormati pelanggan, tepat janji, dan tidak pernah menjual barang dagangan yang tidak layak jual. Semua transaksi yang dilakukan oleh pemuda ini dengan para pelanggannya selalu atas dasar sukarela.
Pemuda ini piawai dalam menargetkan segmen pasar tertentu dengan cara melihat kebiasaan masyarakat daerah tersebut alias tidak serampangan. Pemuda ini juga pandai berbaur dan menjalin hubungan baik dengan pelanggan, sehingga memiliki branding pelayanan yang baik dan profesional.
Saking dipercayanya oleh masyarakat, bahkan pemuda ini dijuluki "Orang terpercaya" atau Al-Amin, dan banyak investor menanamkan modalnya kepada pemuda ini.
Seiring berjalannya waktu, Khadijah makin kesemsem dengan keluhuran budi dan kepiawaian pemuda itu dalam berdagang.
Ada curhatan, khas wanita banget nich, hehehe… 😚
Sore hari ketika asyik bercengkrama dengan Nafisah Bint Munyah, sahabat karibnya, tiba-tiba Nafisah berkata, "Kulihat wajahmu bermendung. Sepertinya kamu menyembunyikan sesuatu. Atau sekedar dugaanku saja?"
Khadijah terkaget dan terdiam cukup lama mendengar pertanyaan itu. Ketika Nafisah mendesaknya supaya menceritakan apa yang dialaminya, tanpa sadar Khadijah bertanya, "Apa pendapatmu tentang Muhammad?"
"Kenapa kamu bertanya begitu? Apa pedulimu?" Tetapi setelah melontarkan pertanyaan itu, Nafisah sadar apa yang sebenarnya bergolak dalam diri Khadijah.
Sadar bahwa sahabatnya telah mengetahui apa yang tersembunyi dalam hatinya, Khadijah pun berani berbicara "Tapi, mana mungkin aku dengan Muhammad? Dia pemuda belia, dimuliakan di tengah kaumnya, bersih nasabnya. Sedangkan aku wanita berumur empat puluh, lima belas tahun lebih tua darinya, janda yang dua kali bersuami. Apakah mungkin ia mau menerimaku?"
Nafisah menjawab "Tidak, Khadijah! Meskipun umurmu sudah berkepala empat, di tengah kaummu kamu memiliki tempat terhomat, Nasabmu agung, kamu juga tampak muda dan kuat, Dan jangan lupa, tidak sedikit orang yang melamarmu, membincangkanmu setiap hari, tetapi mereka kamu tolak"
Tidak tahan melihat sikap Khadijah, akhirnya Nafisah datang menemui Muhammad dengan maksud hati melamar Muhammad untuk Khadijah.
Saat menemui Muhammad, Nafisah berkata "Muhammad, Aku Nafisah bint Munyah. Aku datang membawa berita tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Dia sangat cocok denganmu. Kalau kau mau, aku bisa menyebut namamu di sisinya"
Muhammad terdiam, lalu bertanya, "Siapa Dia?" Nafisah menjawab, "Dia Khadijah bint Khuwailid. Kamu tentu sudah sangat mengenalnya" Karena Nafisah tergesa-gesa, Nafisah berkata "Tak perlu kamu jawab sekarang. Pikirkan dulu matang-matang. Esok atau lusa, aku akan menemuimu lagi"
Ucapan Nafisah menimbulkan banyak pertanyaan bagi Muhammad. Nafisah telah datang membicarakan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak Muhammad. Bagaimanapun Khadijah adalah perempuan cerdas, nasabnya baik, terhormat juga kaya raya. Apa mungkin dia mau bersuamikan pegawainya yang belum berapa lama menjalankan bisnisnya itu.
Muhammad awalnya ragu, namun setelah Muhammad mencari bukti-bukti dan mengingat kembali nada bicara Nafisah yang bening dan polos itu, Muhammad yakin bila ia benar-benar utusan Khadijah.
Muhammad pun membicarakan hal ini dengan pamannya. Dia ingin berembuk dengan saudara-saudaranya yang lain. Meski pun Khadijah diakui sebagai perempuan terpandang, terhormat dan disukai banyak lelaki Arab, tetapi perbedaan umur dan status janda Khadijah menjadi bahan pertimbangan. Setelah semua berkumpul, bermusyawarah dan menimbang banyak hal, akhirnya diputuskan jika Muhammad akan segera melamar Khadijah.
Problem selanjutnya adalah seberapa besar mahar yang harus dibawa untuk pernikahan? Sementara kebiasaan pembesar-pembesar Mekkah saat itu adalah menilai kemuliaan dari harta, ditambah Khadijah tergolong wanita bangsawan Mekkah. Dengan dibantu pamannya, Muhammad memberikan mahar 20 ekor unta betina muda (bakrah).
Well, dipikir-pikir, lumayan besar ternyata maharnya, harga unta muda di tahun-tahun sekarang sekitar 30–50jt per ekor, jadi maharnya sekitar 600 juta - 1 miliyar.
Begitu kurang lebih kisah cintanya. Seru!
Karena sudah terlalu panjang langsung saja ke Endingnya… Gimana sih, jatuh miskinnya Khadijah.
Singkat cerita, bisnisnya pun dilanjutkan oleh suaminya. Khadijah dikaruniai 6 orang anak dari suami pernikahan ketiganya.
Di usia pernikahan 15 tahun, suaminya diangkat sebagai nabi, dan mulai sibuk berdakwah mengenalkan Keesaan Tuhan kepada masyarakat luas, yang ajarannya disebut Islam.
Karena keluhuran ahlak dan kecintaan kepada suaminya, Khadijah pun menopang kuat usaha baru suaminya, yaitu berdakwah, bahkan hartanya dalam penyebaran Islam dan membantu kaum muslimin, telah menutup matanya dari seluruh harta dan kekayaannya untuk dipergunakan oleh suaminya.
Suaminya menggunakan harta kekayaan Khadijah untuk menolong dan membantu orang-orang yang terbelit hutang serta menangani anak-anak yatim dan fakir miskin.
Ini nich, ada momen dimana harta Khadijah benar-benar ludes…
Ceritanya begini….
Karena suami Khadijah menyebarkan Islam, kaum Quraisy sangat menentang, puncaknya mereka memboikot Bani Hasyim dan Bani Muthalib dan seluruh pengikutnya. Kaum Quraisy selain Bani Hasyim dan Bani Muthalib bersekongkol agar para pengikut dan pembela suaminya dirugikan.
Keputusan sepihak kaum Quraisy tersebut adalah larangan menikah dengan kedua suku tersebut (Bani Hasyim dan Bani Muthalib), larangan melakukan transaksi dengan mereka, larangan membuka jalan nafkah untuk mereka, larngan berdamai dengan mereka dan membantu mereka, sampai pihak Bani Muthalib bersedia menyerahkan suami Khadijah untuk dibunuh. Bahkan keputusan sepihak ini ditulis dalam lebaran-lembaran dan digantung di Ka’bah.
Jadi, setiap Bani Hasyim dan Bani Muthalib dan partisipannya akan dikucilkan, baik yang islam maupun bukan islam, hingga mereka terpojok dan tinggal bersama-sama di suatu lembah. Setiap yang datang ke Mekkah untuk membeli makanan, meraka harus membeli dengan harga 2x lipat.
Demikian pemboikotan terjadi hingga 3 tahun lamanya, sehingga banyak di antara kedua suku ini meninggal karena kelaparan dan penganiayaan oleh kaum Quraisy. Pemboikotan ini pun menjadikan harta kekayaan Khadijah habis untuk menghidupi Bani Hasyim dan Bani Muthalib.
Sedih yach…
Tapi ada yang lebih sedih nich…
Pada masa pemboikotan inilah, Khadijah dan paman suaminya, yaitu Abu Thalib meninggal.
Saking miskinnya, saat meninggal Khadijah memakai pakaian yang penuh dengan jahitan, bahkan untuk kain kafan pun tidak dia miliki.
Detik-detik saat Khadijah merasa ajalnya semakin dekat, ia memanggil salah satu anak perempuannya, Fathimah Azzahra dan berbisik: “Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan serbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”
Mendengar itu, suaminya berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.”
Khadijah pun mengembuskan napas terakhirnya di pangkuan suaminya. Khadijah didekap dengan perasaan pilu dan sedih yang teramat sangat dari dari suaminya.
Melihat air mata suaminya turun, ikut menangis pula semua orang yang ada di situ. Saat itu, Malaikat Jibril pun turun dari langit dengan mengucap salam dan membawakan kain kafan dari Surga.
Suaminya berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah, istriku sayang, demi Allah, aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu."
"Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar serban?”
Innalillahi wa innailaihi rajiun…
Sumber: https://youtu.be/N4xPZu0Cmik
Komentar
Posting Komentar