Tantangan Dua Pedagang Bakso yang Merantau ke Jakarta



Ada dua orang pedagang bakso. la berasal dari desa. Keduanya merantau ke kota Jakarta. Karena keduanya sahabat akrab, mereka saling menyemangati. Ketika keduanya hendak berpisah di Jakarta, terjadilah dialog.


Si A berkata, "Mulai detik ini kita akan bersaing. Lima tahun lagi ketemu di sini. Kita lihat siapa paling sukses?"


Si B menyahut, “Oke, saya terima tantangannya, dan memang harus begitu."


Mulai sejak itu, keduanya giat bekerja. Si A bekerja siang dan malam, keliling Jakarta. Mulai dari bakso dipikul, akhirnya dengan gerobak dorong, kemudian dengan mobil.

Namun si B hanya bekerja sebulan. 


Selanjutnya ia justru membuat gerobak pikul 5 buah. Dan terus sampai ia akhirnya punya gerobak pikul 20, gerobak dorong 20. Bakso dengan mobil 20. Bahkan ia juga sudah membuka gerai di Mall. Semua itu dilakukan dalam tempo 5 tahun.


Tibalah saatnya kedua sahabat bertemu lagi.

Di terminal keduanya bertemu. Setelah saling memeluk, keduanya duduk di bangku.


Si A yang dulu menantang membuka obrolan pertama, "Aku sudah bermetamorfosis banyak. Mulai dari gerobak pikul, sekarang jualan bakso pakai mobil. Siang dan malam aku bekerja keras. Hasilnya, aku sudah punya rumah sendiri. Punya istri, ia juga ikut jualan bareng. Kamu pasti malahan jadi pengangguran, ya?”


Si B diam. Ia memang datang sendiri. Ia juga berjalan kaki masuk ke terminal. Sedangkan temannya menaiki motor besar dengan harga 50 juta. Kulitnya juga halus. Putih terawat, tidak seperti si A yang hitam legam.


"Aku...."


"Sudahlah, ngaku saja kalah. Kamu pasti ke sini jalan kaki, kamu pasti enggak tinggal di kontrakan lagi. Kamu pasti ngang

gur?"


Setelah mencecar dengan berbagai pertanyaan menyudutkan, Si A memberi kesempatan si B untuk menjawab.


"Kamu benar. Aku memang ke sini jalan kaki, karena mobilku di luar. Itu...," katanya seraya menunjukkan sebuah mobil mengilat.


"Kamu benar aku sekarang nganggur. Karena semua sudah dikerjakan karyawan. Kamu benar aku sudah tidak tinggal di rumah kontrakan, karena aku sekarang sudah membangun rumah di...," ia menyebutkan sebuah nama. Si B kaget bukan main. 


Wajahnya pucat pasi.


"Jadi kamu...?" tanya si A terputus.


"Iya, aku Sutadi juragan bakso di kampung sebelah kamu tinggal, yang punya gerai waralaba terkenal itu." Si A pucat pasi. Ia meminta maaf.

Komentar

Postingan Populer