Cara Clarence untuk Menjadi Kaya
CLARENCE DAN FELIX
Dunia dari perspektif seekor katak
Zaman dahulu kala, hidup seorang pria bernama Clarence. Dia memiliki seekor hewan peliharaan bernama Felix. Clarence menjalani kehidupan nyaman yang sederhana berbekal penghasilannya dari bekerja di Tesco. Akan tetapi, dia selalu bermimpi menjadi kaya.
"Felix!" teriaknya suatu hari. "Kita akan kaya! Aku akan mengajarimu cara terbang!"
Tentu saja, Felix khawatir dengan ide itu. "Aku tidak bisa terbang, idiot! Aku seekor katak, bukan burung kenari!"
Clarence, kecewa mendengar reaksi awal itu, berkata kepada Felix, "Sikap negatifmu itu bisa menjadi masalah besar. Aku akan mengirimmu belajar."
Lalu, Felix mengikuti kursus tiga hari dan belajar soal pemecahan masalah, manajemen waktu, dan komunikasi efektif-tapi tidak sedikit pun tentang terbang.
Pada hari pertama "pelajaran terbang". Clarence sulit mengendalikan semangatnya (dan Felix sulit mengendalikan kantong kemihnya). Clarence menjelaskan bahwa apartemen mereka punya 15 lantai dan setiap hari Felix akan melompat keluar dari jendela, dimulai dengan lantai pertama dan pada akhirnya sampai ke lantai paling atas. Setelah setiap lompatan. Felix akan menganalisis seberapa bagus ia terbang, berkonsentrasi pada teknik-teknik terbang paling efektif dan menerapkan proses yang sudah dimatangkan guna penerbangan berikutnya. Ketika mereka mencapai lantai paling atas, Felix tentu sudah mampu terbang.
Felix mengiba untuk hidupnya, tapi permohonannya itu percuma. "la hanya tidak paham betapa pentingnya ini," batin Clarence, "tapi aku tidak akan membiarkan negativitas macam itu mengalangiku." Jadi, berbekal pemikiran itu. Clarence membuka jendela dan melempar Felix keluar (dia mendarat dengan bunyi "bruk").
Keesokan harinya, bersiap untuk pelajaran terbang keduanya, Felix kembali memohon untuk tidak dibuang keluar dari jendela. Merespons itu, Clarence membuka panduan sakunya tentang "Mengelola Secara Lebih Efektif" dan menunjukkan kepada Felix bagian tentang bagaimana seseorang harus selalu mengantisipasi resistensi tatkala menerapkan program-program baru. Sesudah itu, dia pun melempar Felix keluar dari jendela (BRUK!).
Di hari ketiga (di lantai tiga), Felix mencoba pendekatan berbeda. Sambil mengulur waktu, ia meminta penundaan proyek ini sampai cuaca membaik guna mendukung kondisi paling sempurna untuk terbang. Namun, Clarence sudah mengantisipasi Felix. Dia membuat satu lini waktu, menunjuk ke titik ketiga dan bertanya, "Kau tentu tidak mau ketinggalan jadwal, bukan?" Dari pelatihan yang ia dapatkan, Felix tahu bahwa tidak melompat hari ini berarti ia harus melompat DUA KALI besok. Jadi, ia hanya berkata, "OK, mari lakukan." Dan keluarlah ia dari jendela.
Nah, coba pahami bahwa Felix sudah mencoba yang terbaik. Pada hari kelima, ia mengepak-ngepakkan kakinya dengan keras dalam upaya sia-sia untuk terbang. Pada hari keenam, Felix mengikatkan jubah merah kecil di lehernya dan berusaha membayangkan pikiran-pikiran "Superman". Namun, meskipun sudah berusaha keras, Felix tetap tidak bisa terbang.
Pada hari ketujuh, Felix, pasrah menerima nasibnya, tidak lagi memohon belas kasihan. Ia sekadar memandang Clarence dan berkata, "Kau tahu kan bahwa kau sedang membunuhku?" Clarence menyatakan bahwa kinerja Felix selama ini jauh dari memuaskan dan gagal memenuhi target-target antara yang sudah Clarence tetapkan untuk Felix. Mendengar itu, Felix berkata perlahan, "Diamlah dan buka jendelanya." la melompat keluar, membidik dengan cermat batu tajam besar di pojok gedung. Dan Felix pun melompat ke landasan menuju surga itu.
Clarence sangat kecewa karena proyeknya gagal memenuhi satu pun dari tujuan-tujuan yang ingin dia capai. Felix tidak hanya gagal terbang, tapi juga tidak belajar bagaimana mengemudikan penerbangannya, sehingga ia pun jatuh seperti sekantong semen. Felix juga tidak meningkatkan produktivitasnya ketika Clarence menyuruhnya untuk "Jatuh lebih pintar, bukan lebih keras."
Satu-satunya hal tersisa untuk dilakukan Clarence adalah menganalisis prosesnya dan berusaha mencari tahu di mana letak kesalahannya. Setelah berpikir keras, Clarence tersenyum dan berkata, “Lain kali, aku akan mencari katak yang lebih pintar!"
1. Lihatlah dunia dari sudut pandang Clarence. Apa yang dia rasakan?
2. Lihatlah dunia dari sudut pandang Felix. Apa yang ia rasakan?
3. Bagaimana kisah ini bisa terkait dengan tempat kerja Anda?
4. Selain "katak tidak bisa terbang", apalagi hikmah dari kisah ini?
Komentar
Posting Komentar