Mengapa Ketika Sakit Batuk, Kita Dianjurkan untuk Menghindari Minum Es?
Wah ini, pertanyaan nomer 1 para emak-emak saat berobat ke saya kalau anaknya batuk pilek.
Yang akan segera diikuti permintaan agar saya ngomongin si anak supaya berhenti minum es. Lalu saya dengan berwibawa (serius ini, jangan cengengesan kalian) akan memberikan wejangan ke si anak yang tertunduk malu-malu di sebelah emaknya. Dan begitulah, sekali lagi dunia terselamatkan.
Dan sekarang, para anak-anak yang sudah beranjak dewasa mempertanyakan ke Dokter Anak, kenapa ngga boleh minum es? Katanya pilek ketularan virus? Kalau air esnya bersih kan ngga ngaruh dok? Kata mereka - setengah emosi.
Kenapa selalu es yang dituduh? Emang ada dendam apa sih sama es sampai segitunya??
Oke, oke, sebelum polemik ini keburu diangkat ke layar kaca (misal sinetron Azab), akan saya luruskan duduk perkaranya.
Batuk pilek atau salesma alias Common Cold adalah penyakit pada manusia yang disebabkan oleh virus. Ada ratusan jenis virus penyebab, para ahli bilang ada sekitar 200 jenis malah!
Disini, es secara ngga langsung memang ngga ada hubungannya dengan si salesma. Nah kalau begitu es boleh diminum sekarang??
Tunggu dulu, rasa penasaran membawa saya mengulang-ulang pencarian khusus pada topik ini. Kebanyakan pembahasan berada pada situs diskusi daring macam Quora atau Reddit, saya ingin sesuatu yang “agak ilmiah” untuk disajikan disini. Karena semuanya sekarang dituntut berbasis bukti, agak repot memang, tapi demi keselamatan dunia saya telah lakukan.
Dan memang ada penelitian yang sudah berumur 42 tahun menyebutkan, bahwa pada penderita batuk pilek, memberikan cairan hangat lebih superior daripada memberikan minuman dingin.
Cara Penelitian
Peneliti membandingkan kekentalan mukus (ingus) dan resistensi saluran napas (bahasa mudahnya tingkat kemampetan hidung) pada 15 subjek.
Mereka diberikan air hangat, kuah sop ayam hangat, dan air dingin. Lalu pengukuran dilakukan pada 5 dan 30 menit setelah minum.
Hasilnya? Subjek yang diberikan air hangat dan kuah sop ayam hangat kekentalan ingusnya menurun secara signifikan dibanding kelompok yang diberikan air dingin.
Bahkan, pada 30 menit paska pemaparan, ingus pada kelompok yang diberi air dingin menjadi bertambah kental dibandingkan sebelumnya. Yang mana pada kelompok lain kekentalannya kembali seperti sediakala setelah 30 menit.
Sehingga peneliti menyimpulkan, dalam menangani kasus infeksi saluran napas atas, memberikan cairan hangat lebih baik daripada air es.
Bener kan? Nurut dah apa kata emak!
Sumber:
Effects of Drinking Hot Water, Cold Water, dan Chicken Soup on Nasal Mucus Velocity and Nasal Airflow Resistance. Https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/359266/
Komentar
Posting Komentar