The Art of Being Brilliant
Ada satu jembatan penyeberangan di Amerika. Mari kita bayangkan letaknya ada di suatu tempat yang cerah dan hangat dan ada 10 jalur lalu lintas. Untuk menyeberangi jembatan, diperlukan beberapa dolar dan, jujur saja, menerima uang bukanlah pekerjaan yang paling menginspirasi. Para petugas tarif penyeberangan menghabiskan giliran kerja atau shift mereka terkurung dalam kubikel kecil. Mereka menerima $2 dan menekan tombol untuk mengangkat gerbang. Pekerjaan ini berulang dan monoton. Wajar jika kebanyakan pegawai sudah hafal gerakannya. Mereka seperti zombie yang berharap waktu cepat berlalu.
Kecuali satu pegawai. Di jalur 10, kita punya seorang pegawai bernama Seb. Seb senang datang ke tempat kerja. Bahkan, dia membaca pemutar CD-nya dan bersenangsenang selama shift delapan jam. Dia memutar kencang volume. Dia bahkan kerap bisa berdansa (terlepas dari kungkungan kubikelnya). Dan selalu ada senyuman lebar yang menerangi seluruh wajahnya. Kadang dia juga berkomentar. Lagi pula, Seb mengenal cukup banyak pelanggannya.
"Semoga hari Anda menyenangkan, Mr. B."
"Sampaikan salam saya untuk anak-anak, Marianne."
"Selamat datang di Jalur 10. Hari ini sangat indah ya?" Dia tersenyum lebar kepada pelanggan berikut.
Intinya adalah Seb senang datang bekerja. Dia membuat pilihan sadar untuk merasa luar biasa. Para zombie atau mayat hidup di Jalur 1-9 menerima uang tunai pelanggan dengan efisiensi luar biasa. Mereka berharap tidak ada di sana. Jalur 10 menonjol jauh!
Dan berikut hal menakjubkannya-jika Anda menyeberangi jembatan saat jam sibuk mulai reda dan antrean surut-Anda akan memperhatikan fenomena aneh. Jalur 1 sampai 9 kosong. Para mayat hidup mengetukngetukkan jari-jemari mereka. Anda bisa melintas dengan cepat. Sementara itu, Jalur 10 mengalami antrean. Seb punya penggemarnya sendiri. Inilah orang-orang yang lebih suka mengantre selama lima menit untuk membayar $2 kepada Seb ketimbang cepat melintas Jalur 1-9.
Saya akan memberikan pemikiran terakhir dalam bentuk pertanyaan. Menurut Anda, mengapa para penglaju sibuk ini lebih suka menghabiskan lima menit mengantre di gerbang nomor 10?
Komentar
Posting Komentar